Letak Borobudur yang tak biasa, berada di
atas bukit, dikelilingi dua pasang gunung kembar -- Sindoro-Sumbing dan
Merbabu-Merapi, sementara candi lain dibangun di tanah datar menjadi teka-teki
yang belum terjawab.
Pada tahun 1931, seniman dan pakar
arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa Daratan
Kedu -- lokasi Borobudur menurut legenda Jawa, dulunya adalah sebuah danau
purba. Borobudur dibangun melambangkan bunga teratai yang mengapung di atas
permukaan danau. Ini sebuah hipotesa yang menjadi perdebatan hangat di kalangan
para ilmuwan saat itu.
Van Bemmelen dalam bukunya "The Geology of Indonesia"
menyebutkan bahwa piroklastika Merapi pada letusan besar tahun 1006 telah
menutupi danau Borobudur menjadi kering dan sekaligus menutupi candi ini hingga
lenyap dari sejarah.
Fakta geologi juga memberi dukungan pada
pendapat itu. Di sekitar candi terdapat sumur yang airnya asin. Tapi yang
sumurnya asin tidak di semua daerah, hanya di titik tertentu.
Hal tersebut menarik banyak ilmuwan asing berdatangan,
untuk melakukan penelitian. Banyak para ahli dari luar negeri seperti dari
Jepang yang datang ke Candi Borobudur khusus untuk meneliti danau purba itu.
Mereka biasa tinggal selama satu minggu hingga dua minggu kata dia.
Salah satu cara untuk mengungkap misteri
danau purba itu dengan meneliti sungai-sungai yang berada di sekitar Borobudur,
termasuk Sungai Progo dan Elo. Juga pada masyarakat yang tinggal di sekitar
candi.
Jadi, candi Borobudur yang didirikan
oleh Sri Maharaja Samaratungga dan kemudian diteruskan oleh Sang Dyah Ayu
Pramodhawardhani puteri mahkotanya yang terkenal cantik jelita dari wangsa
Syailendra sekitar abad ke 7 - 8 ini dengan diarsiteki oleh Gunadharma berada di tengah-tengah danau besar!!
Dan sebagai bukti lain bahwa di daerah
situ ada danau antara lain dari nama-nama desa yang berhubungan dengan air,
misalnya desa Tuk Pitu, desa Tanjung. Di samping itu salah satu relief yang
terdapat di candi Borobudur terukir gambar sebuah kapal layar (meskipun belum
tentu bahwa kapal layar itu adalah kapal yang menuju Borobudur, bisa jadi itu
menggambarkan kedatangan orang dari India ke Bumi Nusantara ini atau bukti
bahwa Wangsa Syailendra juga merupakan Negara Maritim).