STUNTING itu apa sih?

| Kamis, 11 April 2019
Assalamu’alaikum guys.

Apa kabarnya nih? Salam sehat untuk kita semua J

Selamat datang untuk kamu yang berkunjung ke blogku. Juga, selamat datang buat ku ^_^ wkwkw menyelamati diri sendiri yang akhirnya kembali lagi ke dunia per-bloggeran  setelah bertahun-tahun tanpa kabar. Padahal siapa juga yang di sini nanyain kabar ku wkwkw

Bukan apa-apa sih. Tapi kembalinya saya ke sini bermula dari sebuah tugas yang diberikan oleh salah satu dosen yang sangat ahli di bidangnya :D Eitss, sebentar deh. Tadi disebut kata ‘dosen’. Nah berarti sudah jelas yaa selama hiatus yang begitu lama, waktu pun berjalan mengiringi saya sampai di jenjang studi yang sekarang. Kalau dulu saya masih di bangku Sekolah Menengah Pertama, Alhamdulillah saat ini saya diberikan kesempatan oleh Allah untuk menjalankan studi di salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah. Dan saya sedang berada di Semester 4 alias sudah sampai di pertengahan nih. Cukup lama atau lama banget ya antara nieke SMP dengan nieke di pekuliahan :D

Oke segitu saja intro nya ya takut kebablasan malah ga jadi ngerjain tugas gimana dong L heuheu :v

Next, mari kita masuk ke topik yang ingin saya ceritakan di bawah ini. Kali ini topiknya gak akan jauh dengan dunia perkuliahan yang saya jalani. Yups sekarang masih menempuh kuliah di Program Studi Gizi UNNES. So, Yuk kita berbicara mengenai hal-hal yang berkaitan dengan gizi.

Kali ini saya akan membahas sedikit mengenai Stunting. Apakah sebelumnya kamu pernah mendengar kata stunting? Dahulu sebelum kuliah saya pun sangat asing dengan istilah tersebut. Yang saya tahu ketika saya duduk di bangku sekolah baik menengah maupun tingkat akhir paling-paling hanya familiar dengan istilah gizi buruk. Namun setelah belajar di Gizi UNNES, istilah stunting ini menjadi lekat di telinga saya. Kata tersebut bisa dibilang cukup booming di lingkungan jurusan saya.

Oke oke kak, jadi sebenarnya apa sih  stunting itu?

Ashiap yok kita telusuri mengenai apa, siapa, kapan, mengapa, dan bagaimana stunting dapat terjadi. Inget dong ya 5W+1H ^_^

STUNTING?

Stunting merupakan masalah gizi pada anak yang memiliki dampak jangka panjang. Berdasarkan Riskesdas 2018, sebanyak 33 dari 34 provinsi di Indonesia memiliki presentase lebih dari 20% untuk proporsi status gizi sangat pendek dan pendek. Pada kategori pendek terjadi peningkatan persentase yakni dari 18,0% menjadi 19,3%. Proporsi status gizi sangat pendek dan pendek baduta menurut provinsi yaitu sebesar 29,9%. Padahal RPJMN 2019 menargetkan untuk menurunkan persentasenya menjadi 28%.

Stunting dapat didefinisikan sebagai indeks tinggi badan menurut umur yang kurang dari minus dua standar deviasi (<-2 SD) dan  sangat pendek didefinisikan kurang dari minus tiga standar deviasi (<-3 SD). Menurut WHO, batas “non public health problem” untuk masalah kependekan sebesar 20 persen (Kemenkes, 2010) dan masalah kesehatan masyarakat dianggap berat apabila prevalensi pendek sebesar 30-39 persen dan serius bila prevalensi pendek 40 persen (Kemenkes, 2013)
Hmm, apakah cukup mudah dipahami? Mari kita gunakan bahasa yang lebih umum untuk semua kalangan. Stunting adalah hasil sebagian besar nutrisi yang tidak memadai dan serangan infeksi berulang pada 1000 hari pertama kehidupan anak. (Infodatin, 2016).

Dapat disimpulkan bahwa Stunting ialah suatu keadaan dimana seorang anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari pada anak seusianya secara umum.

Infodatin 2016 menyebutkan, di seluruh dunia sekitar 162 juta balita terkena stunting. 3 dari 4 anak stunting di dunia berada di Sub-Sahara Afrika dan Asia. Di Sub-Sahara Afrika sebanyak 40% balita terkena stunting. Sedangkan di tempat lain ada 39% balita yang terkena stunting tepatnya di Asia Selatan. Stunting memiliki efek jangka panjang seperti berkurangnya kognitif dan perkembangan fisik serta mengurangi kapasitas kesehatan yang buruk. Di kemudian hari anak yang terhambat dalam pertumbuhan tinggi badan juga memiliki resiko peningkatan kelebihan berat badan atau obesitas.

STUNTING ITU BAHAYA KAH, KAK?

Wah stunting itu ga bisa dianggap remeh lho. Stunting bisa memiliki dampak yang cukup serius. Seperti mudah sakit, kemampuan kognitif berkurang, resiko terkena penyakit yang berhubungan dengan pola makan (seperti diabetes dan kegemukan), tidak seimbangnya fungsi-fungsi tubuh, postur tubuh yang tidak maksimal saat dewasa, serta dalam lingkup yang lebih luas dapat mengakibatkan kerugian ekonomi. Kok bisa? Iya tentu karena dampak-dampak stunting tersebut akan menurunkan kualitas sumber daya manusia, produktifitas, serta daya saing bangsa.

APA SAJA YA KAK HAL-HAL YANG BISA MENYEBABKAN TERJADINYA STUNTING?


Tentu banyak hal  yang dapat menyebabkan anak mengalami kekerdilan atau yang disebut dengan stunting. Beberapa di antaranya ialah:
  •          Faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu sejak hamil maupun anak balita.
  •      Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.
  •   Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natall Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas.
  •   Masih kurangnya akses kepada makanan bergizi. Hal ini dikarenakandi Indonesia, makanan bergizi masih tergolong mahal.
  •     Kurangnya akses ke air dan sanitasi.
(Buku Saku Stunting Desa, 2017)


  
JADI, GIMANA SUPAYA KEJADIAN STUNTING BISA DIKURANGI ATAU DICEGAH, KAK?

Dalam skala pencegahan, hal yang perlu dilakukan yaitu meningkatkan cakupan kegiatan pencegahan stunting dengan cara meningkatkan identifikasi pengukuran dan pemahaman mengenai gizi dan stunting itu sendiri.

Hal lainnya yaitu adalah gizi ibu. Sebenarnya hal ini berkaitan dengan saat sebelum menjadi seorang ibu. Dalam rangka meningkatkan gizi pada wanita usia reproduksi maka diperlukan suatu kebijakan dan/atau memperkuat intervensi untuk meningkatkan gizi dan kesehatan ibu, dimulai dari gadis remaja.

Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap kesehatan dan gizi maka juga diperlukan adanya dukungan terkait pemberian ASI yang optimal. Caranya yaitu menerapkan intervensi untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan praktik pemberian makanan tambahan.

Masyarakat juga wajib terlibat dalam mendukung pencegahan stunting. Maka dari itu diperlukan pemberian strategi berbasis masyarakat untuk  mencegah infeksi terkait penyebab stunting. Penguatan intervensi berbasis masyarakat, termasuk memperbaiki air, sanitasi, dan kebersihan  menjadi hal yang penting.



Nah, jadi seperti itulah gambaran mengenai apa itu stunting, dampaknya, serta pencegahannya. Sekian dulu ya. Kalau ada kritiik dan saran, silahkan bisa komentar J Terima kasih sobat. Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum


And see u guys ^_^
Prev
▲Top▲